Cerita Gay – Tukang Ojek Pujaanku –
Sore itu, aku baru pulang kuliah badanku terasa sangat letih selain tempat kuliahku yang sangat jauh dari rumahku ditambah dengan kapasitas belajar yang dari pagi hingga sore belum lagi ditambah dengan segala pikiran yang ruwet dengan segala tugas kuliah. + a
Aku saat ini berada di dalam mobil bus mahasiswa yang biasa kutumpangi setiap hari kebetulan aku adalah mahasiswa Teknik sebuah universitas yang cukup terkenal di kotaku. Setelah turun dari bus, aku langsung memandang berkeliling mencari ojek yang mau mengantarkanku hingga ke rumah saat itu kebetulan para penumpang ojek berebut. Mereka adalah anak sekolah atau karyawan yang memang saat itu adalah jam pulang bagi mereka, ya terpaksalah aku bersabar hingga akhirnya ada satu tukang ojek yang menghampiriku. + a
Badannya sih tegap tak terlalu berotot tapi emang body yang bisa dibilang gede, tapi wajahnya seperti keturunanarab gitu, kulit yang agak sawo matang ditambah dengan jambang di sekeliling wajahnya, bisa dibilang ganteng lah dan ia pun berkata. + a
“Mas mau ojek?” tanpa banyak pikir kujawab “Ya mas, tolong yang ke komp. perum…” + a
“ok” jawabnya, karena saat itu badanku letih sekali, kuletakkan kedua tanganku di pinggangnya. + a
Ojek itu pun berjalan dengan agak cepat sehingga aku merasa agak takut mungkin juga lebih tepat jika kubilang kelelahan karena kegiatan keseharianku, kupererat pelukan ku di pinggangnya, tak kusadari tanganku ternyata udah melingkari pinggangnya. Secara spontan otakku yang lelah tadi merasa sedikit segar dengan keadaan itu. + a
+ a
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Timbullah pikiran kotor di otakku, kesempatan ini ga akan datang lagi bisik hatiku, tanganku yang sedang memeluk pinggang abang ojek itu sedikit demi sedikit kuturunkan sesuai dengan irama goncangan motor hingga kepalan kedua tanganku berada di tonjolan selangkangannya. Wow, kurasakan tonjolan celana abang yang memakai celana jeans tipis agak ketat itu terasa besar sekali di genggaman tanganku. + a
Dengan lembut aku coba untuk memegang erat tonjolan itu seolah olah menjadi peganganku agar aku tidak terjatuh. Ouhhhhh sedapnya. + a
Sedikit kuperhatikan dari belakang tukang ojek itu seperti tidak menyadari apa yang terjadi dengan dirinya, mungkin juga akibat dia terlalu serius mengendarai motornya karena situasi jalan saat itu emang agak sedikit ramai. Perlu diketahui juga bahwa tukang ojek itu memakai jaket kulit hitam yang emang agak panjang hingga ke pinggulnya dan jaket ini cukuplah untuk sedikit menutup tanganku yang melingkari pinggangnya. + a
(Tetep keliatan juga sih kalo emang mau di perhatiin dengan baik hihi tapi gue cuek aja soalnya tuh abang ojek gak komplain hehehe) + a
Gak terasa setengah perjalanan sudah terlalui dan jalanan ke daerah kompleks emang rada sepi, kesempatan ini membuatku tambah berani untuk melakukan aksiku. Mulai tanganku melakukan gerakan meremas remas dan kurasakan tonjolan kontol abang itu membesar di telapak tanganku dengan sedikit keberanian aku membuka obrolan. + a
“Bang gede amat nih tonjolannya, apalagi kalo yang didalemnya ya…” + a
“Biasa aja dek, tapi cukuplah bikin merem melek kalo nyodok hehe” duh nih abang sepertinya emang open mind deh. + a
Youht, dan tak pernah sekalipun
Langsung dah dengan berani aku kembali meremas kontolnya, laju motorpun di perlambat dan tanganku semakin lincah memijat tonjolan kontolnya. Semakin besar tonjolan kontol itu terasa di tanganku. + a
“Bang mau mampir ke kos aku ga?” + a
“Mau ngapain dek ?” + a
“Ya minum dulu bang, abang kan capek seharian ngojek..” kataku. + a
“Boleh aja dek, tapi abang blum mandi nih, ntar kos adek kotor” girang sekali hatiku ketika ia mau mampir ke kos ku. + a
“Ga lah bang. Ntar abang bisa mandi sambil ku siapin kopi untuk abang. eh boleh tau nama abang ga?” + a
“Namaku ahmad dek…” + a
“Namaku beni bang” dengan hati yang berbunga bunga dan tanganku tetap meremas kontolnya. + a
Akhirnya kami pun sampai didepan rumah kosku. Mungkin si abang ahmad emang merasa cukup letih ketika sampai di kosku ia langsung melonjorkan kakinya di dekat pembaringanku. Kuhidupkan TV dan aku mengambil handuk untuknya. + a
+ a
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“Nih bang bersihin badannya dulu” + a
“Ok” jawabnya sambil melemparkan senyum aku membuka lemariku yang berisi makanan bungkusan ( tepatnya mie goreng plus teh dan kopi yang sachet. + a
(Soalnya gue ga mau ribet dengan bikin kopi+gula kaya jaman nenek2 gue hehe) + a
Setelah kubuatkan kopi dan mie goreng si abang pun keluar dari kamar mandi dengan hanya berselempangkan handuk. + a
“Bang nih makan dulu ya, boleh pinjem handuknya ga? adek mau mandi juga ah” + a
“Nih” sambil dengan cuek ia melepaskan handuknya, tapi gue tetep musti bersabar karena di balik handuk itu dia masih menggunakan celana dalamnya dan yang membuat mataku terbelalak adalah tonjolan kontolnya terlihat jelas di balik celana dalam itu padahal saat itu dia blum ngaceng. Batang kontolnya aja udah membuhul gede di balik celana dalam yang diakenakan, dengan santai ia menjelepok di lantai sambil menikmati kopinya. + a
Aku dengan cepet masuk ke kamar mandi dan saat itu juga aku mengambil busa dan sabun cair kugosok semua bagian badanku hingga bersih dan kesegaran terasa sekali di tubuhku ketika aku selesai mandi. Keluar dari kamar mandi aku melihat ia sedang duduk ngangkang di atas pembaringanku sambil nonton tv dengan hanya menggunakan celana dalamnya, girang sekali hatiku melihat si abang yang merasa rilex di kosku. + a
Selain macho, dia juga memang memiliki hati yang tenang sehingga apapun yang terlihat di ekpresiku tidak membuat dia jadi canggung atau merasa risih karena terus terang aja mataku tidak pernah lepas dari tonjolan kontol yang ada di selangkangannya. + a
“Masih capek bang?” + a
“Sedikit dek tapi ga seperti sebelumnya… gpp kan kalo abang berbaring di tempat tidur kamu?” + a
“Gak apa-apa bang, cuek aja lagi.” jawabku + a
“Bang tonjolan celana dalem abang itu gede amat ya, abang lagi ngaceng ya?” + a,,,,,,,,,,,,